Pengikut

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Bookmark and Share

Sabtu, 26 November 2011

Selamat Datang Sang Revolusioner






“Tidak ada yang lebih puitis untuk dibicarakan, selain berbicara tentang kebenaran”

(Soe hoek gie)

Penyambutan Mahasiswa Baru atau lebih dikenal dengan OSPEK merupakan momentum paling tepat dalam menginjeksikan kepada mahasiswa baru tentang paradigma mahasiswa secara subtansial. Memformulasi setiap pokok-pokok gagasan yang akan ditempuhnya di masa depan yang berlandasakan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.


Seiring hal tersebut roda waktu kini telah mengantarkan mahasiswa baru ke sebuah pemukiman baru yang disebut Kampus. Ruang dimana intelektualitas menjadi pijakan dalam setiap interaksi-interaksi sosial dan pengamalan tri dharma perguruan tinggi. Sadar ataupun tidak sebuah tanggungjawab telah menjadi beban yang telah dipikul sebagai manusia Agent of Change, Sosial of Control dan Moral Force. Eksistensi diri sebagai mahasiswa bukan hanya dituntut sebaga akademikus yang mempunyai hobi belajar dalam ruang perkuliahan dan menerima teori-teori akademik, tapi jauh lebih dari itu. Kehidupan kampus yang sarat akan dinamika dan dialegtika seyogyanya dijadikan sebagai wahana mencapai aktualisasi diri dengan melakukan gerakan-gerakan sosial sebagai harapan pilar bangsa dimasa depan.

sebagai mahkluk intelektual yang hidup dan berinteraksi dalam kampus masih dianggap mempunyai kepekaan dalam mengkritisi sebuah kebijakan-kebijakan sang penguasa. Namun, siapa sangka masih banyak mahasiswa yang berada di sudut-sudut universitas, fakultas dan jurusan tidak menyadari itu. Mahasiswa hari ini yang diharapkan sebagai revolusioner penyelamat bangsa di masa depan seakan telah dininabobokkan oleh kultur akedemis kaku yang telah menggiringnya dalam dunia khayal yang katanya dapat sukses melalui IPK camlaude tanpa harus lagi mengetahui makna dan subtansi kemahasiswaan yang paling mendasar, yang bukan hanya sebagai akademikus tapi lebih jauh sebagai pengabdi masyarakat.
Sadar atau tidak, birokrasi kampus banyak mengambil peran dan menjadi tersangka utama munculnya embrio-embrio akademis yang menjadikan mahasiswa semakin individualistik dan apatis sehingga tidak peka lagi melihat problematika yang ada di bangsa ini. Bahkan sepertinya tidak sedikitpun ada dibenak birokrasi untuk bagaimana menciptakan manusia-manusia cerdas yang berani berteriak lantang tentang penindasan, kebenaran dan Keadilan. Justru birokrasi kelihatannya lebih bangga melihat mahasiswa-mahasiswanya mengikuti dan memenangkan setiap perlombaan ilmiah dibanding berjuang melawan penindasan pada kaum-kaum marginal melalui orasi sederhana di persimpang jalan.

Kondisi kampus hari ini benar-benar telah kronis yang kini telah melahirkan ribuan akademikus-akademikus tulen yang punya hobi mengerjakan tugas dari dosen dan bermimpi memperoleh IPK 4,1. Mewarnai kehidupan kampus dengan tekun belajar dan menargetkan nilai A di setiap mata kuliah, yang semuanya itu dilakukan semata-mata untuk dirinya sendiri dalam meraih toga sarjana dengan waktu singkat. Bukan lagi persoalan pada apakah buruh, tani, rakyat miskin di kota yang menangis karena kelaparan ataukah anak buruh yang tak sekolah, pemuda desa yang tak bekerja karena dirampas haknya oleh kaum-kaum kapitalis dan feodal busuk. Seegois inikah Mahasiswa hari ini?


Selamat datang Sang Revolusioner Sejati. Pembawa perubahan pada tatanan ideal yang telah diporak-porandakan oleh kuasa tirani, sang penindas kaum-kaum marginal. Kepalkan tangan kirimu dan tunjukan pada mereka bahwa perlawanan telah dimulai dalam menjadikan diri revolusioner yang kritis, calon pemegang tongkat estafet motor gerakan radikal bangsa ini
Hidup Mahasiswa!!
Hidup Rakyat!!

sumber: http://birokrasi.kompasiana.com/2011/09/02/makassar-sebagai-kiblat-gerakan-kemahasiswaan-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang Jgn Lupa Comment
Widget by: Facebook Develop by: kumpulancara